Pengamat: Mahasiswa tetap perlu kemampuan menulis karya ilmiah
Pengamat kebijakan pendidikan Cecep Darmawan menilai kebijakan Menteri Nadiem sudah tepat. Namun dia mengingatkan agar keterampilan mahasiswa untuk menulis karya ilmiah jangan sampai hilang.
Menurut Cecep, meskipun skripsi sudah tidak diwajibkan, harus tetap ada mata kuliah-mata kuliah yang menunjang pembuatan karya tulis ilmiah, misalnya metode penelitian.
"Tetap harus ada praktik menulis karya tulis ilmiah walaupun namanya tidak harus skripsi tapi metode ilmiahnya tetap harus dia kuasai," kata Cecep.
Namun dia tidak setuju bila lulusan S2 dan S3 tidak lagi diwajibkan menulis makalah untuk diterbitkan di jurnal karena kualifikasi yang diharapkan dari program-program tersebut lebih tinggi dari S1.
Pandangan yang sama diungkapkan oleh Suci, mahasiswa S2 jurusan bioteknologi di UGM. Dia khawatir mahasiswa tidak bisa menulis laporan ilmiah setelah skripsi tidak lagi wajib.
"Ilmu untuk bikin jurnal dan bagaimana cara publish dan sebagainya itu mahasiswa harus dapat. Itu mahal ilmunya," kata Suci, yang mengambil S1 jurusan mikrobiologi.
Sebagai mahasiswa jurusan sains, Suci melakukan penelitian untuk tugas akhirnya dan melaporkannya dalam bentuk skripsi. Kalau skripsi tidak lagi wajib, ujarnya, jangan-jangan proyek tugas akhir hanya jadi file PowerPoint saja. (*)
Baca Juga
Dapatkan update informasi pilihan dan berita terbaru setiap hari dari Satuoku.com, Yuk gabung di grup Telegram "1#OKU", caranya klik link ini : JOIN NOW, kemudian bergabung. Anda harus menginstal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel Anda.
Sumber : BBC